MORFIN DAN OPIOID
d
i
s
u
s
u
n
oleh:
PSIK II
A
(KELOMPOK
3)
Y DORYANTI
RAJAGUKGUK
Y ELSA
SEPTI HSB
Y GABRANA
SIHITE
Y HENI
TOBING
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA LUBUK PAKAM
T.A 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka penulis dapat menyelesaikan sebuah
karya tulis yang berjudul “Pengkajian keperawatan
pada sistem kardiovaskuler” ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas
dari dr. Elviani selaku
dosen mata kuliah Farmakologi.
Melalui kata pengantar ini
penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah
ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat atau menyinggung perasaan
pembaca.
Penulis
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karna itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Dengan ini penulis
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan
memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Lubuk
Pakam, Oktober
2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zat Aktif Obat........................................................................................................... 3
2.2.Struktur dan Sifat Obat ............................................................................................ 3
2.3. Aturan Penggunaan dan
Efek Obat.......................................................................... 7
2.4.Pencegahan
dan Pengobatan...................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 11
3.2. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang
termasuk jenis narkotika adalah tanaman papaver, opium mentah, opium masak
(candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman
ganja, dan damar ganja. Disamping itu, Garam-garam dan turunan-turunan dari
morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang
mengandung bahan tersebut di atas juga termasuk narkotika.
Rangsang
yang menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan pada jaringan, atau gangguan
metabolism jaringan. Hal ini mengakibatkan perubahan pada konsentrasi local ion
(penurunan pH harga jaringan, peningkatan konsentrasi ion kalium ekstrasel)
maupun pembebasan senyawa mediator. Sebagai akibatnya, reseptor nyeri
(nosiseptor) yang terdapat dikulit, di dalam jaringan yang lebih dalam letaknya
(otot kerangka, jaringan ikat, selaput tulang) dan di organ viseral jeraon,
terangsang. Tergantung pada letaknya, dibedakan antara nyeri, permukaan, nyeri
yang dalam dan nyeri viseral, yang
secara kualitatif dialami dengan cara yang berbeda. Dari reseptor, nyeri
dikondusikan sebagai impuls listrik yang bersusulan (potensial aksi) melalui
urat saraf sensorik (urat saraf nyeri) ke sumsum tulang belakang dan akhirnya
melalui otak tengah (telamus) ke sinusoid pusat posterior dari otak besar, di
mana terjadi kesadaran akan nyeri.
Seperti
yang ditulis di atas, narkotika jenis opium merupakan salah satu obat yang
dapat menghilangkan rasa nyeri. Kesadaran akan nyeri mungkin tetap ada atau
berkurang, tetapi kemampuan untuk menafsirkan, menggabungkan, dan beraksi
terhadap nyeri menurun karena adanya sedasi, eufori, dan penurunan keresahan
dan penderitaan. Efek lain satu-satunya yang berguna terhadap SSP adalah
penekanan batuk. Secara perifer, pengurangan gerak-dorong usus berguna untuk mengendalikan
diare, jika tidak, terjadi sembelit sebagai efek samping umum. Diantara
kumpulan reaksi yang merugikan, yang paling penting dalam membatasi kegunaannya
adalah toleransi melalui sentral, ketergantungan, dan depresi pernapasan, yang
menjadi penyebab kematian pada pemberian yang lewat-dosis. Oleh karena itu,
melalui makalah ini akan dijelaskan ruang lingkup salah satu jenis narkotika
yaitu opium, terutama morfin sebagai agen aktif utama dalam opium.
1.2.Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut sebagai berikut:
1.
Zat aktif apakah yang terkandung dalam
opium?
2.
Bagaimana struktur dan sifat dari zat
aktif tersebut?
3.
Bagaimana aturan penggunaannya ?
4.
Apa efek dan gejala dari pemakaian obat
tersebut?
5.
Bagaimana pencegahan dan pengobatan dari
penggunaan obat tersebut?
1.3.Tujuan
Penulisan
·
Dengan
mengidentifikasi sifat dan rumus bangun kita dapat mengetahui, sifat-sifat dari
Morfin.
·
Dengan
mengidentifikasi efek dari Morfin kita dapat megetahui, seperti apa efek yang
ditimbulkan oleh Morfin setelah penggunaan.
·
Dengan
mengidentifikasi cara pengobatan dan Pencegahan Morfin, kita dapat mengetahui
obat apa yang digunakan untuk mengurangi kecanduan Morfin.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1.Zat
Aktif Obat
Opium atau opium
berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang
mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opium juga
digunakan untuk opium, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan
narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opium tetapi tidak didapatkan dari
opium. opium alami lain atau opium yang disintesis dari opium alami adalah
heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone
(Dilaudid).
Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan
merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium.Umumnya opium mengandung 10% morfin. Kata "morfin"
berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin
merupakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3
) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam
bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
Adapun gambar morfin bentuk tepung yaitu sebagai berikut :
2.2.Struktur
dan Sifat Obat
Struktur yang tepat untuk alkaloid
ini dikemukakan oleh Gulland dan Robinson pada tahun 1925. Zat tersebut adalah
senyawa pentasiklik dengan atom dan cincin yang diberi nomor dan huruf seperti
yang diperlihatkan di bawah ini ;
Morfin mempunyai lima pusat asimetrik (karbon 5,6,9,13, dan
14), tetapi hanya 16 (8 pasangan rasemik diastereoisomer) dan bukan 32 (25)
isomer yang mungkin, karena atom 10 dan 12 harus cis, jadi 1,3-diaksial, dibandingkan terhadap cincin piperidin (D).
Stereokimia relatif pada kelima pusat itu direduksi secara tepat oleh Stork
pada tahun 1952. Peristilahan klasik (misalnya morfin, kodein) digantikan oleh
tatanama sistemik yang didasrkan pada inti morfinan dengan mempertahankan
sistem penomoran fenantren. Jadi morfin sekarang disebut (Cemical Abstract) 17-metil-7,8-didehidro-4,5α-epoksimorfinan-3,6α-diol
; dimana α menunjukan orientasi trans
terhadap jembatan 15, 16, 17 yang berhubungan dengan sistem cincin ABC.
Sifat morfin yaitu khasiat
analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang terputus-putus (interminten)
dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup tinggi, dapat menghilangkan
kolik empedu dan uretur. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada
batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat. Kematian pada kelebihan
dosis morfin umumnya disebabkan oleh sifat menghambat pernafasan ini. Efek
menekan pernafasan ini diperkuat oleh fenotiazin, MAO-I dan imipramin. Sifat
morfin lainnya ialah dapat menimbulkan kejang abdominal, muka memerah, dan
gatal terutama di sekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam
sirkulasi darah, dan konstipasi, karena morfin dapat menghambat gerakan
peristaltik. Melalui pengaruhnya pada hipotalamus, morfin meningkatkan produksi
antidiuretik hormon (ADH) sehingga volume air seni berkurang. Morfin juga
menghambat produksi ACTH dan hormon gonadotropin sehingga kadar 17 ketosteroid
dan kadar 17-hidroksi kortikosteroid dalam urine dan plasma berkurang. Gangguan
hormonal ini menyebabkan terganggunya siklus menstruasi dan impotensi.
Sintesis total morfin
pertama kali dipaparkan oleh Gates dan Tsehudi (1952-1956) dan oleh Elad dan
Ginsburg (1954). Hal ini menegaskan hipotesis Robinson-Stork. Beberapa sintesi
lain yang baik menyusul tetapi tak satu pun sintesis total dapat bersaing
secara dagang dengan hasil sumber alami. Pembuktian langsung tentang
stereokimia relatif pada karbon 5,6,9
dan 13 diberikan oleh Rapoport (1950-1953) perincian terakhir, C (14),
diberikan pada tahun 1955 melalui telaah difraksi sinar-X Kristal tunggal
tentang garam morfin yang dilaporkan oleh MacKay dan Hodgkin. Telaah ini
memberika juga gambar konformasilengkap pertama untuk molekul morfin.
Konfigurasi absolut ditetapkan pada tahun yang sama oleh Kalvoda dan
rekan-rekannya melalui penguraiantebain secara kimia menjadi senyawa menjadi
senyawa yang lebih sederhana yang konfigurasi absolutnya diketahui. Konfigurasi
absolut untuk (-)-morfin yang terdapat di alam adalah seperti yang
diperlihatkan. Citra cerminnya, (+)-morfin, tidak mempunyai aktivitas
analgesic. Morfin dan semua senyawa sejenisnya yang aktif adalah basa organik
(amin) dengan pKa yang berkisar antara kira-kira 8,5 sampai 9,5. Jadi, padapH
fisiologis (7,4) sekitar 97 sampai 99 % terprotonasi. Basa bebas sangat sukar
larut dalam air, tetapi pada umumnya, garamnya yang sangat baik larut dalam
air. Basa yang tak terion yang ada dalam keseimbangan dengan membentuk (ion)
yang terprotonasi dianggap sebagai jenis yang menembus hambatan lipoid darah
otak. Secara luas diterima bahwa opium berinteraksi dengan reseptor dalam bentuk
ion.
Sifat, reaksi morfin
sebagai alkaloid bersifat basa karena mengandung gugus amin tersier (pKa ≈ 8,1)
dan membentuk garam berbentuk Kristal dengan sederetan asam. Yang digunakan
adalah garam hidroksida yang mengandung tiga molekul air Kristal ( morfin hidroksida
pH, Eur). Berdasarkan gugus hidroksil fenolnya morfin juga bersifat asam ( pKa
= 9,9) dan bereaksi dengan alkalihidroksida membentuk fenolat, tetapi tidak
bereaksi dengan larutan ammonia. Titik isolistrik terletak pada pH 9. Morfin
yang terdapat dalam alam memutar bidang polarisasi ke kiri.
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang
mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat
yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi,
perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi
parasimpatis,miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan
sekresi hormon anti diuretika (ADH). .(Latief dkk, 2001; Sarjono dkk,
1995; Wibowo S dan Gopur A., 1995; Omorgui, 1997).
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat
menembus kulit yang luka. Morfin juga dapat menembus mukosa. Morfin dapat
diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah
daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis
yangsama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi
morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam
tinja dan keringat.Turunan
OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :
ü Candu
Getah tanaman Papaver
Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah
yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan
mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah
diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang
dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam
zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau
coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai
macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap
anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
ü Morfin
Morfin adalah hasil
olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida utama dari opium (
C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau
dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
ü Heroin (
putau )
Heroin mempunyai
kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang
paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini .
Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi
mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan
dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia
bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan
euforik-nya yang baik.
ü Codein
Codein termasuk garam /
turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan
potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam
bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.
ü Demerol
Nama lain dari Demerol
adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol
dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
ü Methadon
Saat ini Methadone
banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid
telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid.
Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine
(Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene
(Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan
ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis
opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan),
naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa
dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa
tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine
(Buprenex).
ü Kokain
Kokain adalah zat yang
adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya.
Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon
coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya
dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
2.3.Aturan
Penggunaan dan Efek Obat
Morfin digunakan untuk
menghambat nyeri yang paling kuat. Dosis analgetik pada penggunan yang
diutamakan, yaitu subkutan, adalah 10 mg. pada dosis kecil sudah terjadi
peredaan rangsang batuk melalui peredaman pusat batuk (kerja antitusif). Pusat
respirasi juga dihambat (kerjadepresi pada respirasi). Hal ini terlihat dalam
rentang dosis terapi dan pada dosis yang lebih tinggi, akhirnya menyebabkan
kelumpuhan pernapasan. Efek selanjutnya, yang menyangkut SSP yaitu sedasi dan
pada sebagian pasien euphoria. Bertalian erat dengan ini, ada kemungkinan untuk
mengembangkan keterangan pada morfin (ketergantungan psikis dan fisik yang
kuat, pengembangan toleransi dan dorongan untuk menaikkan dosis). Selain itu,
morfin juga mempunyai sifat merangsang secra sentral. Hal ini merupakan hasil
dari sergapan pada bagian sentral parasimpatikus dan antara lain diwujudkan
sebagai miosis. Kerja stimulasi kerja dari analgetika jenis morfin, dapat
diamati secara khas pada menchit, melalui penegakan ekor dalam bentuk S yang
khas gejalan ekor dari straub. Termasuk sebagai kerja parifer morfin adalah
peningkatan tonus otot polos, yang mengakibatkan obstipasi spastik. Sebaliknya,
opium yang dapat digunakan untuk meredakan usus, menyebabkan obstipasi otonik
karena mengandung papaverin.
Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk
menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan
kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi
rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan
ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga
dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.
Dalam pengobatan klinis, morfin dianggap sebagai standar
emas, atau patokan, dari analgesik digunakan untuk meringankan penderitaan
berat atau sakit dan penderitaan . Seperti opium lain, misalnya oksikodon
(OxyContin, Percocet, Percodan), hidromorfon (Dilaudid, Palladone), dan
diacetylmorphine ( heroin ), morfin langsung mempengaruhi pada sistem saraf
pusat (SSP) untuk meringankan rasa sakit . Morfin memiliki potensi tinggi untuk
kecanduan , toleransi dan psikologis ketergantungan berkembang dengan cepat,
meskipun Fisiologis ketergantungan mungkin membutuhkan beberapa bulan untuk
berkembang.
Efek samping yang ditimbulkan ; Mengalami pelambatan dan
kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami
kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan
hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan
hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena
overdosis.
Efek umum
Penurunan kesadaran
Euphoria (rasa gembira luar biasa) rasa inilah yang sering
dicari oleh penyalahguna morfin
Rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur.
Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan
menyebabkan konstipasi.
Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi, insomnia dan mimpi
buruk
Rasa batinnya yang tertekan (depresi) hilang
Daya konsentrasi pikiran terganggu menyebabkan
sukar berpikir dan apatis
Pupil mata menyempit ( pin point pupil ),
tekanan darah turun, denyut nadi lambat, suhu badan sedikit menurun, dan
otot-otot menjadi lemah.
Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering,
seluruh badannya hangat, dan anggota badan terasa berat,
Malas bergerak dan bicara cadel
Pada orang yang belum pernah memakai morfin atau
opioida pada umumnya serta sedang tidak menderita suatu rasa nyeri, dapat
timbul reaksi yang berlawanan, yaitu timbulnya perasaan tidak enak (disforia)
yaitu rasa cemas, ketakutan, mual, dan muntah. Kadang-kadang timbul reaksi
idiosinkratik berupa insomnia, urtikaria, perdangan di sekitar tempat disuntik
dan syok
Efek kerja dari morfin (dan juga
opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak begitu mempengaruhi unsur
sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan
pendengaran ; bahkan persepsi nyeri pun tidak selalu hilang setelah pemberian
morfin dosis terapi.
Efek analgesik morfin timbul
berdasarkan 3 mekanisme ;
(1) morfin meninggikan ambang
rangsang nyeri ;
(2)
morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang
timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri
dari thalamus ;
(3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu
tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
Gejala
Untuk gejala yang ditimbulkan akibat pemakaian Morfin yang
dihentikan (gejala putus obat) secara mendadak pada pecandu yaitu akan
mengalami Syndroma Abstinensia, yaitu gejala yang timbul karena pemakaian obat
yang dihentikan secara mendadak.
Syndroma Abstinensia akan muncul setelah 8-13 jam ketika
masa kerja obat habis. Badan akan mengigil, dari hidung akan keluar cairan
seperti waktu terkena flu, pupil mata akan melebar, bulu roma akan berdiri
,sementara rasa dingin bertambah kuat. Inilah yang disebut cold turkey. Setelah
48 jam bakal terjadi kejang perut yang disertai rasa sakit yang lumayan
hebatnya dan diare berat (buang air besar 60 kali sehari). Keringat akan keluar
bercucuran membasahi tempat tidur. Berat tubuh akan turun drastis. Jika mereka
dibiarkan selama 7-10 hari , kemungkinannya ada dua. Sembuh total dengan
disertai rasa kapok untuk memakainya lagi atau meninggal dunia.
Selain gejala Syndroma Abstinensia, ada gejala lain yang
lebih umum ditunjukkan oleh pecandu yang mengalami gejala putus
obat/penghentian penggunaan Morfin secara mendadak yaitu Keringat berlebih,
kejang otot, menggigil, gelisah, menguap, tidur terganggu, lekas marah, cemas,
kelelahan, mual, anoreksia, muntah , kejang usus, diare, bersin-bersin, rasa
panas dan dingin, nyeri perut dan kram. Sering terjadi juga peningkatan suhu
tubuh, tekanan darah, laju pernapasan dan denyut jantung.
2.4.
Pencegahan & Pengobatan
Untuk menghindari putus obat (sakau) parah, umumnya pengguna
Morfin harus mengurangi penggunaan obat secara bertahap di bawah pengawasan
dokter. Selain itu, dapat pula untuk masuk ke pusat detoksifikasi atau
rehabilitasi. Untuk pasien dengan tingkat kecanduan sedang sampai berat dengan
penggunaan obat yang relatif lama, detoksifikasi pasien sangat dianjurkan untuk
dilakukan pendekatan secara multidisipliner. Pengobatan pada akhirnya akan
tergantung pada tingkat kecanduan.
1.Dengan
HIPNOTERAPI : Untuk
pecandu narkoba yang masih tergantung secara biologis terhadap zat adiktif
tertentu, sebaiknya mengikuti hipnoterapi dibawah pengawasan dokter. Meskipun
dengan pemrograman pikiran bisa membuat pecandu narkoba (Morfin dan sejenisx)
menjadi sama sekali tidak ingin dan tidak mau mengkonsumsi narkoba lagi dalam
sekali terapi, namun menghentikan konsumsi narkoba secara mendadak mungkin bisa
menyebabkan kematian. Maka mintalah pendapat dokter, apakah lebih baik
hipnoterapi untuk membuat pecandu sedikit demi sedikit meninggalkan narkoba,
atau seketika berhenti.Sekali lagi, apapun jenis kecanduan yang di alami,
pecandu hanya bisa berubah total dengan hipnoterapi apabila pecndu sendiri yang
ingin berubah. Apabila keputusan untuk menghilangkan kecanduan atau kebiasaan
buruk berasal dari bujukan, paksaan, atau tekanan orang lain, maka kemungkinan
berhasil akan lebih kecil atau butuh waktu lebih lama. Kalaupun sudah sembuh,
kemungkinan kambuh lagi cukup besar.
2.
Dengan Therapy Rumatan Methadon :
Metadon digunakan dalam perawatan kecanduan morfin. Methadone adalah
sarana pengalihan atau subtitusi bagi para Pecandu napza yang Ketergantungan Opiat atau Morfin.
Methadone mempunyai efek toleransi silang yang baik dengan golongan opioid
lainnya seperti heroin atau morphine dan oleh karenanya methadone cukup
bermanfaat jika digunakan sebagai agen rumatan ketergantungan opoid. Selain itu
juga karena waktu paruh dan jangka kerjanya yang lama, akan membuat stabilisasi
pasien lebih baik sehingga proses kecanduan terhadap opoid akan berkurang.
Dengan demikian usaha-usaha pasien untuk mengkonsumsi substansi heroin, morfin
atau obat sejenisnya melalui suntikan juga akan berkurang.
BAB
III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapa ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1.
Opium merupakan salah satu jenis
narkotika alami yang terdapat dalam jus dari bunga opium, Papaver somniverum.
Morfin merupakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3
) . Nama kimia dari morfin yaitu
17-metil-7,8-didehidro-4,5α-epoksimorfinan-3,6α-diol ; dimana α menunjukan
orientasi trans terhadap jembatan 15,
16, 17 yang berhubungan dengan sistem cincin ABC.
2.
Morfin
adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin mempunyai rasa pahit,
berbentuk tepung halus berwarna putih atau cairan berwarna putih. Morfin,
terutama digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat yang tidak dapat
diobati dengan analgetik non narkotika. Apabila rasa nyeri makin hebat maka
dosis yang digunakan juga makin tinggi. Semua analgetik narkotika dapat
menimbulkan adiksi (ketagihan). Morfin juga digunakan untuk mengurangi rasa
tegang pada penderita yang akan dioperasi.Morfin digunakan untuk
menghambat nyeri yang paling kuat. Dosis analgetik pada penggunan yang
diutamakan, yaitu subkutan, adalah 10 mg.
3.
Sifat, reaksi morfin sebagai alkaloid
bersifat basa karena mengandung gugus amin tersier (pKa ≈ 8,1) dan membentuk
garam berbentuk Kristal dengan sederetan asam. Berdasarkan gugus hidroksil
fenolnya morfin juga bersifat asam ( pKa = 9,9) dan bereaksi dengan
alkalihidroksida membentuk fenolat, tetapi tidak bereaksi dengan larutan
ammonia. Titik isolistrik terletak pada pH 9. Morfin yang terdapat dalam alam
memutar bidang polarisasi ke kiri.
4.
Morfin bekerja langsung pada sistem
saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah
penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur.
5.
Untuk
menghindari putus obat (sakau) parah, umumnya pengguna Morfin harus mengurangi
penggunaan obat secara bertahap di bawah pengawasan dokter. Selain itu, dapat
pula untuk masuk ke pusat detoksifikasi atau rehabilitasi.
3.2.Saran
Melalui
makalah ini, penulis menyarankan kepada penulis sendiri dan kepada siapaun agar
sosialisasi akan bahaya narkoba khususnya narkotika terus dilakukan terutama
kepada generasi muda yang berpotensi menyalahgunakan obat jenis ini
DAFTAR PUSTAKA
William
O. Foye.1981. Principles Of Medicinal
Chemistry (diterjemahkan oleh LEA & FEBIGER tahun 1995). Yogyakarta :
GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS
Walter
Schunack, Klaus Mayer, and Manfred Haake.1983. ARZNEISTOFFE, Lehrbuch der Pharmazeutischen(diterjemahkan tahun
1990). Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS
x-unearthly.blogspot.com/2010/.../zat-zat-adiktif-paling-berbahaya.h...
wong168.wordpress.com/2011/01/13/jenis-narkoba-berbahaya/
penyakit.infogue.com/narkotika_jenis_gejala_putus_obat