Sabtu, 24 Agustus 2013

ANATOMI DAN FISIOLOGI HATI ( LIVER)


 
2.1 Anatomi dan Fisiologi Hati

2.1.1 Anatomi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus.17,18
Untuk mengetahui perbedaan bentuk hati normal dan tidak normal dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Anatomi Hati Gambar 2.2 Hati Normal Gambar 2.3 Kanker Hati
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : 19
a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral.
b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.

Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.19
2.1.2 Fisiologi Hati
Fungsi utama hati yaitu : 17
a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau rusak.
e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak




2.2 Pengertian Kanker Hati

Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel baru pada suatu organ yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya serta merusak bentuk dan fungsi sel asalnya. Kanker hati adalah pertumbuhan sel yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali pada hati sehingga merusak bentuk dan fungsi organ hati.20
Dalam keadaan normal sel hati akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel hati yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus sehingga terjadi penumpukan sel baru yang menimbulkan desakan dan merusak jaringan normal pada hati. Kanker hati primer yaitu karsinoma hepatoseluler merupakan kanker hati yang sering dijumpai dan salah satu kanker yang paling banyak didunia. Penemuan dini kanker hati sukar dilakukan karena awalnya tidak menimbulkan gejala. Akibatnya, sebagian besar penderita kanker hati terdeteksi dalam stadium lanjut. 20
2.3 Patologi

Berdasarkan pengamatan secara makroskopis kanker hati terdiri atas 3 bentuk yaitu :21
2.3.1 Tipe noduler, berbentuk multi noduler, biasanya hati membesar dengan nodul yang bermacam-macam besar dan bentuknya dan sering disertai sirosis.
2.3.2 Tipe masif, bentuk masif yang besar pada salah satu lobus dengan hanya 1 nodul saja, tumor besar tersebut sering terdapat di lobus kanan dan pada lobus lainnya dijumpai tumor kecil.



2.3.3 Tipe difus, umumnya besar hati terdapat dalam batas normal tapi seluruhnya terisi oleh sel-sel kanker dan kadang-kadang susah dibedakan dengan sirosis portal.

Menurut WHO secara histologik tipe kanker hati berdasarkan struktur sel tumor dibedakan atas trabecular (sinusoidal), pseudoglandula (asiner), compact (padat), dan serous. 22
2.4 Epidemiologi Kanker Hati 2.4.1 Distribusi Frekuensi

a. Distribusi Frekuensi Menurut Orang

Kanker hati dapat terjadi pada semua golongan usia, tetapi jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah yang endemik infeksi virus hepatitis B (HBV) serta banyak transmisi HBV secara perinatal. Umumnya dengan wilayah insiden HBV tinggi, umur penderita kanker hati 10-20 tahun lebih muda daripada umur penderita di wilayah yang insidennya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh infeksi HBV sebagai salah satu penyebab kanker hati, banyak ditularkan pada masa perinatal.22
Menurut penelitian Yang dkk. (2002) di Taiwan yang menggunakan desain cohort, proporsi penderita kanker hati pada interval usia 40-59 tahun yaitu 55,54 %, usia < 40 tahun yaitu 27,26%, dan usia >59 tahun yaitu 17,2 %.23 Di Indonesia kanker hati banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun.20 Menurut penelitian Rifai A. (1995-1998) di RS Wahidin Semarang dengan menggunakan desain cohort, usia rata-rata

kejadian penyakit kanker hati adalah 47,5 tahun dengan rasio pria dengan wanita 5,7:1.24
Pada umumnya pria lebih banyak menderita kanker hati daripada wanita, dengan perbandingan masing-masing negara yang berbeda-beda.21 Berdasarkan data Globocan (2002), di negara-negara maju rasio penderita kanker hati pria : wanita yaitu 3,3 : 1 sedangkan di negara-negara berkembang 2,5 : 1.4 Kejadian kanker hati lebih tinggi pada pria, bisa disebabkan karena laki-laki lebih banyak terpajan oleh faktor risiko kanker hati seperti virus hepatitis dan alkohol.22
b. Distribusi Frekuensi Menurut Tempat

Secara geografis di dunia terdapat tiga kelompok wilayah kanker hati yaitu wilayah tingkat insiden rendah (kurang dari tiga kasus) ; menengah (tiga hingga sepuluh kasus) ; dan tinggi (lebih dari sepuluh kasus per 100.000 penduduk). Tingkat insiden tertinggi tercatat di Asia Timur dan Asia Tenggara serta di Afrika Tengah sedangkan yang terendah di Amerika Tengah. Sekitar 80% kasus kanker hati di dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah yang juga diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi tinggi virus hepatitis.22
c. Distribusi Frekuensi Menurut Waktu

WHO tahun 2000 melaporkan IR kanker hati di dunia yaitu 9 per 100.000 penduduk.9 Tahun 1999 IR kanker hati pada pria : wanita di Amerika Tengah 2,06 : 1,64 per 100.000 penduduk, di Afrika Tengah 24,21 : 12,98 per 100.000 penduduk, di Asia Timur 35,46 : 12,66 per 100.000 penduduk, dan di Asia Tenggara 18,35 : 5,7 per 100.000 penduduk.25 Di Jepang (2002) IR kanker hati pada pria sebesar 24 per
100.000 penduduk dan di Filipina yaitu 21 per 100.000 penduduk. 26Di Indonesia (2002) IR kanker hati pada pria : wanita yaitu 20 : 6 per 100.000 penduduk .9
2.4.2 Faktor Determinan Terjadinya Kanker Hati
a. Host

Kejadian kanker dapat menyerang semua usia dan golongan. Meskipun demikian, risiko kanker lebih besar saat orang telah berusia lebih dari 40 tahun.27. Berdasarkan jenis kelamin, kejadian kanker hati lebih banyak ditemukan pada pria.21 Menurut penelitian Hadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin yang menggunakan desain case series, umur rata-rata penderita kanker hati yaitu 50,3 dan berdasarkan jenis kelamin, tertinggi pada pria dengan proporsi 81,38% dan terendah pada wanita dengan proporsi 18,62%.28
b. Agent

b.1 Sirosis Hati
Sirosis hati merupakan faktor risiko utama kanker hati di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus kanker hati. Setiap tahun 3-5% dari pasien sirosis hati akan menderita kanker hati, dan kanker hati merupakan salah satu penyebab kematian pada sirosis hati.21 Pada tahun 2002, PMR sirosis hati di dunia yaitu 1,7%.11 Waktu yang dibutuhkan dari sirosis hati untuk berkembang menjadi kanker hati sekitar 3 tahun.20
Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sirosis hati. Penggunaan alkohol sebagai minuman, saat ini sangat meningkat di masyarakat. Peminum berat alkohol (>50-70 gr/ hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita kanker hati melalui sirosis hati alkoholik. Mekanisme penyakit hati akibat
konsumsi alkohol masih belum pasti, diperkirakan mekanismenya yaitu sel hati mengalami fibrosis dan destruksi protein yang berkepanjangan akibat metabolisme alkohol yang menghasilkan acetaldehyde. Fibrosis yang terjadi merangsang pembentukan kolagen. Regenenerasi sel tetap terjadi tetapi tidak dapat mengimbangi kerusakan sel. Penimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol-benjol dan mengeras sehingga terjadi sirosis hati.22
Sirosis hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap negara, di negara Barat etiologi sirosis hati tersering diakibatkan oleh alkohol.21. Menurut penelitian Coon dkk. (2008) di Nottingham dengan desain cohort, RR pada peminum alkohol 2,34 untuk terkena kanker hati, RR HBV yaitu 6,41 dan RR HCV yaitu 1,39.29 Sedangkan di Indonesia terutama diakibatkan infeksi virus hepatitis B dan C. Virus hepatitis B menyebabkan sirosis hati sebesar 40-50%, virus hepatitis C sebesar 30-40% dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui.22
Menurut penelitian Rasyid (2006) di Medan dengan menggunakan desain case series, pada 483 penderita kanker hati ditemukan 232 orang (63%) menderita sirosis hati, 91 orang hepatitis B (25%) dan 44 orang (12%) hepatitis C, dengan jumlah seluruhnya 367 orang (76%). Sedangkan 116 orang lagi (24%) tidak berhubungan sama sekali dengan sirosis hati, hepatitis B ataupun hepatitis C.30 Dari hasil penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan dengan desain case series pada 164 penderita sirosis hati, 35 orang (21,3%) sudah mengalami komplikasi kanker hati.31
b.2 Hepatitis B dan C
Hubungan antara infeksi HBV dan HCV dengan timbulnya kanker hati terbukti. Sebagian besar wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka kejadian kanker hati yang tinggi.22 Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia, tahun 2003 IR hepatitis B di Indonesia yaitu 14 per 100.000 penduduk. Dan tahun 2005 di Sumatera Utara PR hepatitis B yaitu 52 per 100.000 penduduk.12 Pada tahun 2008, PR hepatitis C di Indonesia 3 per 100.000 penduduk, dengan PR tertinggi di provinsi DKI Jakarta yaitu 31 per 100.000 penduduk.32
Berdasarkan penelitian Greten dkk. (2005) di Jerman pada 389 penderita kanker hati tahun 1998-2003, penderita pria yaitu 309 orang (79,43%) dan wanita yaitu 80 orang (20,57%). Penderita dengan riwayat penyakit sebelumnya hepatitis B yaitu 57 orang (14,6%), hepatitis C yaitu 78 orang (20,05%), hepatitis B dan C yaitu 7 orang, hemokromatosis yaitu 17 orang (4,37%), dan sisanya tidak berhubungan dengan riwayat penyakit sebelumnya.33 Menurut penelitian Nouso dkk. (2008) di Jepang dengan desain cohort, RR penderita hepatitis C untuk terkena kanker hati 0,96 sedangkan RR penderita hepatitis B adalah 1,1.34
Karsinogenisitas HBV dan HCV pada hati terjadi melalui proses inisiasi, promosi, dan progresi. Inisiasi diawali dengan integrasi virus hepatitis ke dalam hepatosit yang menimbulkan kelainan kromosom sehingga mengubah sifat-sifat asli hati dan menghambat aktifitas sel penekan tumor. Virus hepatitis terintegrasi meluas ke sel hati karena sudah kebal terhadap respon imunitas. Pada tahap promosi terjadi proses nekrosis dan kematian sel akibat dari aktifitas virus hepatitis yang diikuti

regenerasi berulang kali. Pada tahap progresi sel-sel telah mengalami transformasi keganasan dan mengalami replikasi lebih lanjut.35
b.3 Aflatoksin
Aflatoksin B1 adalah zat racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus, sering ditemukan pada jenis polong-polongan yang sudah menghitam dan mengeriput serta produk olahannya yang kadaluarsa seperti kacang tanah, kacang kedelai, keju dll. Aflatoksin terbentuk dalam makanan yang disimpan berbulan-bulan di lingkungan panas dan lembab. Mekanisme karsinogenisitas aflatoksin sehingga dapat meningkatkan kejadian kanker hati yaitu dengan menghasilkan mutasi-mutasi gen, di mana mutasi gen tersebut bekerja menggangu fungsi penekan tumor.36 Menurut penelitian Gameell dkk. (2009) di Mesir dengan menggunakan desain penelitian case control, terdapat korelasi positif antara kejadian kanker hati dengan kadar aflatoksin dalam tubuh (p<0,01) yaitu terjadi peningkatan kadar aflatoksin pada penderita kanker hati.37
b.4 Hemokromatosis
Hemokromatosis adalah kelainan genetik yang diturunkan yaitu kecenderungan untuk menyerap jumlah besi yang berlebihan dari makanan di mana unsur-unsur beracun tersebut akan terakumulasi dalam hati sehingga menyebabkan kerusakan hati termasuk kanker hati.38 Kanker hati akan berkembang sampai dengan 30% dari pasien-pasien dengan hemokromatis keturunan. Pasien yang mempunyai risiko yang paling besar adalah hemokromatosis yang disertai dengan sirosis hati. Pengangkatan efektif kelebihan besi (perawatan hemokromatosis) tidak akan mengurangi risiko menderita kanker hati jika sudah disertai sirosis hati.36


c. Environment

Lingkungan fisik di Indonesia yang berada pada iklim tropis, ideal untuk suhu pertumbuhan jamur Aspergillus flavus penghasil aflatoksin yaitu tumbuh di tempat yang lembab dan panas.39 Selain itu, lingkungan psikologis secara tidak langsung juga memberikan andil dalam perkembangan penyakit kanker misalnya adanya stress, tekanan dan konflik dapat menimbulkan kecemasan, insomnia, dan tidak nafsu makan yang pada akhirnya akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga penyakit mudah menyerang.27
2.5 Gambaran klinis
Pada fase subklinis belum ditemukan gejala yang jelas pada penderita, berikut gejala yang ditemukan pada fase klinis yaitu : 26
2.5.1 Nyeri abdomen kanan atas

Penderita kanker hati stadium lanjut sering datang berobat karena tidak nyaman dengan nyeri di abdomen kanan atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul atau menusuk, intermitten atau kontinu, sebagian area hati terasa terbebat kencang karena pertumbuhan tumor yang cepat.
2.5.2 Massa abdomen atas : pemeriksaan fisik menemukan splenomegali
Kanker hati lobus kanan dapat menyebabkan batas atas hati bergeser ke atas, pemeriksaan fisik menemukan hepatomegali di bawah arcus costae tapi tanpa nodul.
2.5.3 Perut kembung timbul karena massa tumor sangat besar dan gangguan fungsi hati.


2.5.4 Anoreksia : timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran gastrointestinal.
2.5.5 Letih, mengurus : dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan berkurangnya masukan makanan.
2.5.6 Demam : timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor, umumnya tidak disertai menggigil.
2.5.7 Icterus : tampil sebagai kuningnya sklera dan kulit, biasanya sudah stadium lanjut, juga karena sumbat kanker di saluran empedu atau tumor mendesak saluran hingga timbul icterus.
2.5.8 Ascites juga merupakan stadium lanjut, secara klinis ditemukan perut membuncit sering disertai odeme di kedua tungkai.
2.5.9 Lainnya : selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu belakang, kulit gatal dan lainnya, manifestasi sirosis hati seperti splenomegali, venodilatasi dinding abdomen. Pada stadium akhir sering timbul metastase paru, tulang, dan organ lain.

2.6 Klasifikasi

Menurut sumber penyebab, Sherlock mengklasifikasikan kanker hati yaitu :22
2.6.1 Karsinoma hepatoseluler : merupakan tumor ganas yang berasal dari hepatosit. Dari semua tumor ganas yang pernah didiagnosis, 85% merupakan karsinoma hepatoseluler.
2.6.2 Kholangiokarsinoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel saluran empedu, sekitar 10% dan 5% nya adalah tumor hati lainnya.



2.6.3 Sarkoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat hati.
2.6.4 Hemangioblastoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan pembuluh darah.

2.7 Stadium Klinis
Tingkat penyakit (stadium) kanker hati terdiri dari :22
2.7.1 Stadium I
Satu fokal tumor berdiameter ≤ 3 cm yang terbatas hanya pada salah satu segmen.
2.7.2 Stadium II
Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm, tumor terbatas pada segmen I atau multifokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
2.7.3 Stadium III
Tumor pada segmen I meluas ke lobus kiri (segmen IV) atau ke lobus kanan segmen V dan VIII atau tumor dengan invasi periferal ke sistem pembuluh darah atau pembuluh empedu tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
2.7.4 Stadium IV
Multifokal tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati atau invasi tumor ke dalam pembuluh darah hati ataupun pembuluh empedu atau invasi tumor ke pembuluh darah di luar hati seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior atau adanya metastase keluar dari hati.


2.8 Pencegahan

2.8.1 Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang belum terpapar faktor risiko. Pencegahan yang dilakukan antara lain :1,27
a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan dengan gizi seimbang.
b. Hindari makanan tinggi lemak dan makanan yang mengandung bahan pengawet/ pewarna.
c. Konsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan suplemen yang bersifat antioksidan, peningkat daya tahan tubuh.

2.8.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang sudah terpapar faktor risiko agar tidak sakit. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain dengan :20,27,30
a. Memberikan imunisasi hepatitis B bagi bayi segera setelah lahir sehingga pada generasi berikutnya virus hepatitis B dapat dibasmi.

b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang virus hepatitis (faktor-faktor risiko kanker hati) sehingga kejadian kanker hati dapat dicegah melalui perilaku hidup sehat.
c. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol karena alkohol akan semakin meningkatkan risiko terkena kanker hati.
d. Menghindari makanan yang tersimpan lama atau berjamur karena berisiko mengandung jamur Aspergillus flavus yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kanker hati.
e. Membatasi konsumsi sumber radikal bebas agar dapat menekan perkembangan sel kanker dan meningkatkan konsumsi antioksidan sebagai pelawan kanker sekaligus mangandung zat gizi pemacu kekebalan tubuh.
2.8.3 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang sudah sakit agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.1
a. Diagnosis

Melakukan pemeriksaan berkala bagi kelompok risiko tinggi seperti pengidap virus Hepatitis B dan C, dokter, promiskus, dan bagi orang yang mempunyai anggota keluarga penderita kanker hati. Pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali pada penderita sirosis hati dengan HBsAg positif dan pada penderita hepatitis kronis dengan HBsAg negatif atau penderita penyakit hati kronis atau dengan sirosis dengan HBsAg negatif pernah mendapat transfusi atau hemodialisa diperiksa 6 bulan sekali.21
Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 21,40
a.1 Anamnesis
Sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam fase lanjut dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Sifat nyeri ialah nyeri tumpul,terus-menerus, kadang-
kadang terasa hebat apabila bergerak. Di samping keluhan nyeri perut ada pula keluhan seperti benjolan di perut kanan atas tanpa atau dengan nyeri, perut membuncit karena adanya asites. Dan keluhan yang paling umum yaitu merasa badan semakin lemah, anoreksia, perasaan lekas kenyang.40
a.2 Pemeriksaan fisik
Bila pada palpasi abdomen teraba hati membesar, keras yang berbenjol-benjol, tepi tumpul lebih diperkuat, bila pada auskultasi terdengar bising pembuluh darah maka dapat diduga sebagai kanker hati.40
a.3 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan Alfa-fetoprotein (AFP) yaitu protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal. Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/ml, kadar AFP meningkat pada 60%-70% pada penderita kanker hati.23 Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan HBsAg karena pada penderita penyakit hati seperti kanker hati ditemukan HBsAg.21
2. Ultrasonografi (USG) Abdomen
Dengan USG, hati yang normal tampak warna keabu-abuan dan tekstur merata. Bila ada kanker akan terlihat jelas berupa benjolan berwarna kehitaman, atau berwarna putih campur kehitaman dan jumlahnya bervariasi pada tiap pasien, benjolan dapat terdeteksi dengan diameter 2-3 cm Untuk meminimalkan kesalahan hasil pemeriksaan AFP, pasien sirosis hati dianjurkan pemeriksaan USG setiap tiga bulan.30
3. Computed Tomography Scanning (CT Scann)
CT Scann adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan prinsip daya tembus sinar-X digunakan untuk mendeteksi ukuran, jumlah tumor, lokasi dan sifat kanker hati dengan tepat.22 Pemeriksaan dengan CT scann letak kanker dengan jaringan tubuh sekitarnya terlihat jelas, dan kanker yang paling kecil pun sudah dapat terdeteksi.41
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan gelombang magnet (nonradiasi). Pemeriksaan dengan MRI dilakukan bila ada gambaran CT scann yang masih meragukan atau pada penderita ada risiko bahaya radiasi sinar-X. MRI dapat menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati serta menampilkan saluran empedu dalam hati, memperlihatkan struktur internal jaringan hati dan kanker hati.41
b. Pengobatan

Pemilihan pengobatan kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan pengobatan hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker, spesifik lokasi kanker, lesi kanker serta ada tidaknya penyebaran ke tempat lain.30
Berikut pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker hati yaitu :
b.1 Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian anti tumor pada penderita kanker untuk memperpanjang umur. Dilakukan dengan memberikan obat anti kanker ke dalam arteri hepatika sehingga obat secara langsung masuk sel-sel kanker pada
hati. Obat tersebut akan mengecilkan tumor. Obat kemoterapi yang banyak digunakan adalah 5 Fluorourasil dan Adriamisin.21
b.2 Pembedahan
Pembedahan hati pada stadium dini penyakit merupakan pengobatan yang paling baik dan paling bisa diharapkan memberikan penyembuhan Pembedahan hanya dapat dilakukan bila tumor pada hati hanya 1 lobus saja serta tidak terdapat tanda-tanda sirosis hati, karena pembedahan penderita kanker hati yang disertai sirosis hati akan menimbulkan risiko yang tinggi dalam pembedahan.21
b.3 Radiasi
Radiasi tidak banyak peranannya dalam pengobatan kanker hati. Hal ini disebabkan karena pada umumnya keganasan yang mengenai hati bersifat relatif resisten terhadap pengobatan radiasi dan sel hati yang normal peka terhadap radiasi.39
b.4 Embolisasi
Pengobatan kanker dengan cara memasukkan kateter ke dalam arteri hati lalu menyuntikkan potongan-potongan kecil berupa gel foam. Embolisasi merupakan salah satu pengobatan penderita kanker hati yang tidak bisa lagi dibedah. Hanya saja, jika tidak berhasil malah dapat semakin memperburuk proses sirosis hati dan menimbulkan tejadinya metastase.39
b.5 Transplantasi Hati
Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke dalam tubuh seseorang. Bila kanker hati ditemukan pada pasien yang sudah ada sirosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi hati. 41
c. Prognosis

Pada umumnya prognosis kanker hati adalah jelek. Tanpa pengobatan terjadi kematian rata-rata sesudah 6-7 bulan sejak keluhan pertama. Dengan pengobatan hidup penderita dapat diperpanjang sekitar 11-42 bulan. Menurut penelitian Hadi penderita kanker hati yang ditemukan pada stadium dini, masa hidup penderita dapat lebih dari 6 tahun. Manifestasi terakhir sebelum kematian dapat berupa koma hepatikum, perdarahan masif berupa hematemesis dan melena, syok yang didahului oleh perasaan nyeri yang hebat di daerah hati. Nyeri yang hebat tersebut bisa disebabkan oleh pecahnya tumor.21
2.8.4 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu berupa perawatan terhadap penderita kanker hati melalui pengaturan pola makan, pemberian suplemen pendukung penyembuhan kanker, dan cara hidup sehat agar dapat mencegah kekambuhan setelah operasi.

Rabu, 21 Agustus 2013

PRINSIP PRINSIP DIMENSI MORAL DALAM KEPERAWATAN OTONOMI

PRINSIP PRINSIP DIMENSI MORAL DALAM KEPERAWATAN OTONOMI


MAKALAH
ETIKA KEPERAWATAN
PRINSIP PRINSIP DIMENSI MORAL DALAM KEPERAWATAN OTONOMI



 
Disusun oleh :

DORYANTI RAJAGUKGUK
(12.11.021)
TAHUN AJARAN 2011/2012
DAFTAR ISI
      HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………….....
      KATA PENGANTAR …………………………………………………………   ……………...
      DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..........
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah…………………………………………………………….
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………….…………….
C.    Tujuan……………………………………………………………………………….      
BAB II PEMBAHASAN  
A.    Tinjauan Teori………………..……………………………………………………..
B.     Keterkaitan Otonomi………..………………………………………………………
C.     Tinjauan Kasus………..…………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………………
B.     Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
\
KATA PENGANTAR
                 Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah Etika Keperawatan yang membahas tentang “Prinsip-prinsip Dimensi Moral dalam Keperawatan Otonomi”.
                 Dan tak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, yang talah membawa sinar kebenaran yang tak kunjung padam dalam mengarungi hidup menuju akhirat.
                 Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan maaah ini..
                 Kami juga menyadari makalah  ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam perbaikan makalah kami selanjutnya.
Medan,  April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam prinsip-prinsip dimensi moral dalam keperawatan otonomi ini didasarkan pada  keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek seseorang , atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Hal yang sangat melatar belakangi prinsip ini adalah saat perawat menghargai hak-hak klien atau pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Hukum Islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh sewenang wenang pada kaum yang lemah, Allah ta’ala berfirman dalam Adh Dhuha 9-10, “ Adapun terhadap anak yatim,maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang dan terhadap peminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya. (Nawawi,1999).
Demikianlah, orang miskin, yatim piatu dan orang yang dalam kondisi sakit adalah orang yang lemah, sehingga apabila kita tidak menghormati dan sewenang-wenang maka kita telah berbuat dzalim. Maka dari itu kita sebagai perawat harus bisa menghargai hak-hak klien atau pasien dan tidak melakukan kewenangan sendiri tanpa sepengetahuan pasien.
B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian otonomi dalam prinsip keperawatan !
2.      Jelaskan keterkaitan otonomi keperawatan !
3.      Jelaskan aplikasi atau kasus yang berhubungan dengan otonomi keperawatan !
C.    Tujuan
ü  Untuk mengetahui otonomi dalam keperawatan
ü  Untuk mengetahui keterkaitan otonomi keperawatan
ü  Mengetahui aplikasi mengenai otonomi keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Tinjauan Teori
Autonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri, dan nomos yang berarti aturan Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. ( John Stone, 1989 )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan memperhatikan otonomi adalah:
a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka doberi tahu sebelumnya
b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien      dalam       membuat suatu pilihan.
c. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan.
d. Tidak memberikan informasi yang lengakap walaupun klien menghendaki informasi tersebut.
e. Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudah tidak bersedia menjelaskannya.
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada orang yang lemah. Hukum islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh sewenang-wenang pada kaum yang lemah, Allah ta’ala berfirman dalam Adh Dhuha 9-10, “ Adapun terhadap anak yatim,maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang dan terhadap peminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya. (Nawawi,1999). Demikianlah, orang miskin, yatim piatu dan orang yang dalam kondisi sakit adalah orang yang lemah, sehingga apabila kita tidak menghormati dan sewenang-wenang maka kita telah berbuat dzalim kepadanya
Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri dan mengatur diri sendiri. Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Prinsip otonomi sangat penting dalam keperawatan. Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut.
B.     Keterkaitan Otonomi
Dalam keterkaitan otonomi ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi perawat di rumah sakit diantaranya adalah:
1) Faktor kebijakan rumah sakit yang tidak memiliki kerangka dan batasan kerja untuk  perawat.
 2) belum adanya sistem registrasi yang mapan dan
3) persoalan kode etik.
Segala bentuk praktek pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat terkesan tidak terikat oleh kode etik profesi. Kelemahan diunsur otonomi profesi ini mendudukkan perawat pada posisi yang lemah. Rendahnya otonomi kerja yang diberikan kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja non fungsi perawat berdampak pada stress kerja yang dialami perawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat antara lain adalah: kondisi pasien, jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien serta waktu yang diperlukan untuk setiap tindakan keperwatan terhadap pasien baik secara langsung maupun tudak langsung
Otonomi adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah profesi, pemberian otonomi yang sesuai standar keperawatan akan memberikan kepuasan tersendiri pada perawat dan juga dapat menunjukkan profesionalisme profesi.keperawatan. Rendahnya otonomi kerja yang diberikan kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja non fungsi perawat berdampak pada stress kerja yang dialami perawat yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat terhadap kepuasan kerja. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana pada shif pagi. Hasil penelitian yang menggunakan uji stastitik regresi linier ganda dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa semakin tinggi otonomi maka semakin tinggi kepuasan kerja perawat dan semakin tinggi beban kerja maka semakin rendah kepuasan kerja yang dimiliki perawat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja di Ruang XX. sehingga diperlukan suatu kebijakan tentang pengelolaan beban kerja yang adekuat oleh manajemen rumah sakit.
C.       Tinjauan Kasus
Disebuah rumah sakit, terjadi sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh perawat. Dimana perawat tersebut melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang diterapkan. Sehingga perawat tersebut harus menaggung akibat dari perbuatan yang dilakukannya.
Begilah ceritanya” : pada pagi hari tepatnya hari rabu di sebuah rumah sakit, seorang perawat masuk ke ruangan 07. Tepatnya diruangan pasien yang bernama Risman Pakaya (Iman), untuk melakukan tindakan keperawatan kepadanya. Akan tetapi sangat disayangkan tindakan yang dilakukan sangat-sangat melanggar aturan. Dimana perawat memberikan obat tanpa konfirmasi dokter yang berhak menentukan resep obat yang akan diberikan.
Akhirnya dengan tindakan yang dilakukannya, orang tua pasien menjadi bingung dan terheran-heran terhadap tindakan yang dilakukan perawat tersebut. Kemudian orang tua pasien memberitahukan hal ini kepada kepala ruangan di rumah sakit tersebut. Dan akhirnya kepala ruangan memanggil perawat tersebut, dan pada akhirnya pasien langsung ditangani oleh dokter. Akhirnya perawat pun mendapatkan sangsi atas tindakan yang dilakukannya tanpa memikirkan akibat yang akan diterimanya.
Percakapan (dialog)
Perawat Adi           : Assalamualaikum…siang Bu, Pak. Perkenalkan saya Andris Abdurahman, disini saya ditugaskan untuk melakukan tindakan keperawatan kepada anak bapak.
Ibu Aria                 : Waalaikumsalam…Silahkan pak mantri!!!
Perawat Adi           : Permisi dik, saya akan memberikan obat kepada adik. Supaya adik lekas sembuh
Andri median         : iya pak mantri.
Bapak Pajar            : Mama, perasaan kita belum diberi resep dari dokter!! trus kenapa pak mantri sudah memberikan obat pada anak kita barusan.
Ibu Aria                 : Iya papa, mama juga tadi bingung.
Bapak Pajar            : Bagaimana kalau kita langsung tanyakan kepada kepala ruangan , ma??
Ibu Aria                 : Iya papa..kita pergi ke ruangannya sekarang.
Bapak Pajar            : Assalamualaikum…permisi pak.
Ka.Ru Tegar          : Waalaikumsalam…ada yang bisa saya bantu pak???
Bapak Pajar            : Begini pak. “tadi ada perawat yang melakukan tindakan kepada anak saya di ruangan 07. Tapi saya dan istri saya bingung. Karena perawat itu langsung memberikan obat kepada anak saya. Sedangkan kita berdua belum dapat resep dari dokter.
Ka.Ru Tegar          : Oh baiklah pak/bu, nanti saya akan memanggil perawat tersebut. Kalau boleh saya tau, siapa nama perawatnya?
Ibu Aria                 : Namanya Adi Havis Saputra,  pak.
Ka.Ru Tegar          : Baiklah…nanti saya akan hubungi kembali bapak dan ibu.
Bapak Pajar            : Terima kasih banyak pak.
Ka.Ru Tegar          : Sama-sama.
Perawat Adi           : Assalamualaikum pak.( saat memasuki ruangan untuk peringatan )
Ka.Ru Tegar          : waalaikumsalam…silahkan duduk!! Saya sangat menyesalkan perbuatan anda kemarin. Tindakan anda telah sampai keatasan. Ini surat peringatan dari atasan untuk anda, harusnya ini jadi pelajaran berharga untuk anda. Saya harap anda tak akan lagi mengulangi perbuatan anda.
Perawat Adi           : Saya janji tak akan mengulanginya lagi.
Ka.Ru Tegar          : Sebaiknya begitu, karena setelah ini tidak ada surat peringatan lagi untuk anda. Baiklah, anda boleh tinggalkan ruangan ini.
Perawat Adi           : Terima kasih pak.
Ka.Ru Tegar          : Baiklah, pak/bu..perawatan terhadap anak ibu sekarang ini saya serahkan langsung kepada dokter Viona Veronica.
Bapak Pajar            : Iya pak..terima kasih banyak.
Dr. Viona               : Baiklah, pak..dalam beberapa waktu ini, Insya Allah saya akan melakukan tindakan sekaligus pemeriksaan yang intensif kepada anak bapak.
Ibu Aria                 : Iya dok. Terima kasih banyak atas bantuannya.
Dr. Viona               : Sama-sama bu..itu memang sudah kewajiban saya sebagai tenaga kesehatan yang bertugas membantu setiap yang membutuhkan. Kalau begitu saya permisi dulu bu..nanti saya kesini lagi untuk melakukan pemeriksaan kepada anak ibu.
Ibu Aria                 : Iya dok.
Dr. Viona               : Baiklah bu, saya permisi.. selamat siang
Nama-nama Pemeran
Adi Havis              : Perawat
Tegar Rezi Aprian  : Kepala Ruang
Aria Wulandari      : Ibu pasien
Pajar Basuki           : Bapak pasien
Viona Veronica      : Dokter
Andri Median        : Pasien
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri sebagai prinsip dasar perawat dalam memberikan tindakan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu ataupun keputusan  bagi dirinya. Perawat juga harus melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Karena dalam dunia keperawatan , perawat harus mengetahui hak-hak pasien, serta adanya aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam dunia keperawatan.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami dari penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan ,maka dari itu kami mohon kritik dan sarannya agar makalah kami bisa lebih sempurna.