Sabtu, 08 Juni 2013

HIPOVENTILASI


d
i
s
u
s
u
n
oleh:
PSIK 1 A
(KELOMPOK 4)
  •     AYU REKA JULI
  •     DORYANTI RAJAGUKGUK(12.11.012)
  •     FAHRI DWI SINTA
  •     HENDRA KURNIAWAN
  •     JANDRI L SIANTAR
  •     MAHARANI NAZMI
  •     MAYA RISKY SARAGIH
  •     SITI PARIDAH
  •     TUMIUR H SIANIPAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA LUBUK PAKAM
T.A 2012/2013


KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis yang berjudul “Hipoksia” ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas dari Bu Roma selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.
 Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan ilmu pengetahuan.
    Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


                                Lubuk Pakam, April 2013



                                    Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR    i

DAFTAR ISI        ii

BAB I    PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang     1   
1.2. Tujuan Penulisan     1   
1.3. Rumusan Masalah    2   
1.4.Metode Penulisan    2

BAB II   TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pernapasan    3
2.2. Pengertian Hipoventilasi    4   
2.3. Penyebab Terjadinya Hipoventilasi    6   
2.4. Tanda dan Gejala Hipoventilasi    7   
2.5. Terapi Hipoventilasi    7
2.6.  Central Hypoventilation    8


BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan     9   
3.2. Saran        9

DAFTAR PUSTAKA    10




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Paru merupakan organ penting bagi tubuh yang mempunyai fungsi utama  sebagai  alat pernafasan (respirasi). Proses pernafasan yaitu pengambilan oksigen dari udara luar dan pengeluaran CO2 dari paru- paru. Dirongga hidung udara dibersihkan dari debu , dipanaskan dan dilembabkan oleh bulu dan lendir hidung sebelum masuk ke trakea. Debu yang lolos ditangkap oleh lendir dari sel-sel mukosa di bronkus dan bronkioli, cilia set mukosa ini bergerak berirama mendorong kotoran keluar dengan kecepatan 16 mm/menit. Proses transfer oksigen setelah sampai di alveoli terjadi proses difusi oksigen ke eritrosit yang terikat oleh haemoglobin sejumlah 20 ml/100 ml darah dan sebagian kecil larut dalam plasma 0,3 ml/ 100 CC, jika Hb 15 gr% Dan sebaliknya karbondioksida dari darah dibawa ke alveoli untuk dikeluarkan melalui udara ekspirasi. Proses ventilasi (keluar masuknya udara) didukung oleh unsur-unsur jalan nafas, jaringan paru, rongga thorax, otot natas dan saraf nafas.
PERNAFASAN terdiri dari 4 proses:
Ventilasi        :pertukaran udara keluar masuk paru-paru.
Distribusi    : pembagian udara ke cabang-cabang bronchus
Diffusi        : peresapan masuknya oksigen dari alveoli ke darah danpengeluaran CO2 dari darah ke alveoli
Perfusi        : aliran darah yang membawa O2 ke jaringan




1.2.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
    Untuk memenuhi tugas terstruktur dari dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
    Untuk lebih mendalami lagi tentang gangguan pada pernafasan yaitu ‘hipoventilasi’
    Pembaca mampu memahami tentang Hipoventilasi




1.3.    Rumusan Masalah
    Sistem Pernapasan
    Pengertian Hipoventilasi
    Mekanisme Terjadinya Hipoventilasi
    Tanda dan Gejala Hipoventilasi




1.4.     Metode Penulisan
    Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan dengan telaah pada buku-buku atau sumber lain yang dapat dijadikan sumber atau referensi serta memiliki ketersambungan atau keterkaitan materi dengan kajian atau pokok bahasan dalam makalah ini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pernapasan
    Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernapasan  bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, sampai ke alveolus.
1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
2). Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida  di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3). Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu  :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).





2.2. Pengertian Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah kurangnya ventilasi dibandingkan dengan kebutuhan metabolik, sehingga terjadi peningkatan PCO2 dan asidosis respiratorik. Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yasng sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Menurunnya VA, pertama dapat disebabkan oleh karena menurunnya faktor minute ventilation (VE) yang sering disebut sebagai hipoventilasi global atau kedua, karena meningkatnya dead space (VD). Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.
Dead space (VD). Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat ventilasi dengan gas yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead space yang meningkat akan menyebabkan hiperkapnia.
Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih kecil dari CO2 yang dihasilkan oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah (hiperkapnia). Hiperkapnia menyebabkan peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan peningkatan pembentukan H+ yang akan menimbulkan keadaan asam yang disebut asidosis respiratorik.
 Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun. Bila pertukaran gas intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai dengan menurunnya PAO2.
Penyebab Gagal Nafas.
Gagal nafas (yang menyebabkan hipoksemia dan atau hiperkapnia), dapat juga disebabkan karena obstruksi saluran nafas, disfungsi parenkim paru dan ventilatory pump failure. Supaya pernafasan menjadi efektif, perlu tekanan intrapleura yang negatif, dan keadaan ini dihasilkan oleh kerja otot nafas dengan iga. Kegagalan ventilatory pump dapat disebabkan oleh disfungsi pusat nafas, disfungsi otot nafas atau kelainan struktur dinding dada. Anatomi saluran nafas dan parenkim parunya mungkin normal. Kifosis dan flail chest adalah contoh kelainan perubahan struktur dinding dada yang menyebabkan kontraksi otot nafas dan pembuatan tekanan pleura menjadi inefisien.
Hipoventilasi juga dapat terjadi apabila otot inspirasi diafragma dan iga dinding toraks berkontraksi secara asinkron (pada paralisis diafragma, kuadriplegia, stroke akut). Sebagai penyebab utama disfungsi pump pernafasan adalah kekuatan otot yang menurun. Ketahanan serabut otot ditentukan oleh keseimbangan antara suplai nutrisi dengan kebutuhannya. Otot pernafasan yang kekurangan nutrisi bekerjanya menjadi inefisien dan lelah.
Hypoventilasi adalah ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter]) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.





2.3. Penyebab Terjadinya Hipoventilasi
Hypoventilasi sering terjadi  karena gangguan pada :
    jalan atas    :  obstruksi, aliran udara terhambat
    rongga thorax  :  gangguan gerak karena nyeri operasi, farktur costae,pleister lebar jaringan ketal. pneumothorax dan pleural effusion
    jaringan paru   :  atelektasis
    otot nafas    : paralyse diaphragma / otot nafas lain karena obat pelumpuh otit myasthenia gravis
    syaraf nafas    : kerusakan N-phrenicus, polio, anestesi spinal
    pusat nafas   : depresi sentral nafas karena obat anestesi, narkotik, sedatif, trauma alkohol
    Dengan pemberian O2, hipoksia berkurang (p02 naik) tetapi pCO2 tetap atau naik. Pada hipoventilasi ringan. pemberian O2 bermanfaat. Sedangkan pada hipoventilasi berat jusrtu mengakibatkan paradoxical apnea, sehingga penderita jadi apnea setelah diberi oksigen

2.4. Tanda dan Gejala Hipoventilasi
•    Pusing
•    Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga)
•    Letargi
•    Disorientasi
•    Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
•    Disritmia jantung
•    Ketidakseimbangan elektrolit
•    Konvulsi
•    Koma
•    Henti Jantung





2.5. Terapi Hipoventilasi
Terapi yang benar pada hipoventilasi adalah :
1. Membebaskan jalan nafas
2. Memberikan oksigen
3. Menyiapkan nafas buatan
4. 4 Terapi causal penyebabnya
Terapi untuk menangani hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang mendasari gangguan tersebut, kemudian tingkatkan oksigenasi jaringan, perbaiki fungsi ventilasi, dan upayakan keseimbangan asam-basa.
Apabila tidak ditangani, maka kondisi klien akan menurun dengan cepat. Akibatnya, dapat terjadi kebingungan, tidak sabar dan kematian.




2.6. Central Hypoventilation (Sindrom Hipoventilasi)
    Central Hypoventilation atau yang juga dikenal dengan kutukan Ondine adalah gangguan kontrol otomatis pernapasan.Dimana penderita yang mengalami penyakit ini akan berhenti bernafas jika sedang dalam keadaan terlelap.
Gejala yang dialami bayi jika memiliki penyakit ini adalah berikut.
•    Tidak banyak bernafas, terutama saat tidur
•    Abnormal pupils (70% of individuals)
•    Kesulitan makan karena refluks asam dan menurunkan motilitas usus
•    Gangguan usus yang disebut penyakit Hirschsprung (20% dari individu), di mana bagian dari usus besar tidak memiliki saraf.
Untuk dapat diagnosa Central Hypoventilationnya, seseorang harus memenuhi persyaratan berikut.
•    Bukti tidak bnyak bernafas saat tertidur. 
•    Gejala dimulai selama tahun pertama kehidupan
•    Tidak ada kondisi pernafasan atau otot lain yang dapat menjelaskan kesulitan bernapas
•     Tidak ada bukti penyakit jantung
Jika bayi diduga memiliki sindrom hipoventilasi, sebuah studi tidur dilakukan untuk menentukan seberapa parah kesulitan bernafas. Tes khusus lainnya dari fungsi pernafasan bisa dilakukan juga. Pemeriksaan jantung dan neurologis lengkap dilakukan untuk menyingkirkan jenis lainnya gangguan. Diagnosis dini dan pengobatan yang penting untuk mencegah komplikasi serius yang disebabkan oleh periode oksigen rendah atau tidak ada.
Pengobatan berfokus pada penyediaan dukungan bernapas, biasanya melalui penggunaan alat pernapasan (ventilator).


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter]) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.


3.2. Saran
    Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter]) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.

DAFTAR PUSTAKA


    Bahar, Asril. 1990. Tuberkulosis Paru. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Editor: Soeparman, dkk. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
    Kozier, Barbara, Glenora Erb, Kathleen Blais, Judith Wilkinson. 1995. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice 4th Edition. Canada: Addison-Wesley Publishing Company.
    Taylor C., Lilis C., Le Mone P. 1997. Fundamentals of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
http://rarediseases.about.com/od/rarediseaseso/a/071004.htm
http://www.metrogaya.com/home/liam-derbyshire-penderita-penyakit-langka-berhenti-bernafas-saat-tidur
http://archive.kaskus.us/thread/5349152
http://http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://www.kaskus.us/showthread.php">http://archive.kaskus.us/thread/4218828
http://archive.kaskus.us/thread/6468542
http://rarediseases.about.com/od/rarediseasesr/a/russellsilver05.htm
Barry A, Shapiro, MD,DABa, FCCP, Cs : Clinical Application of Respitory Care, 49 
Laurence Martin, Md, FACP, FCEP. Pulmonary Psyology Inclinical Practise, 1987
Rahardjo E, Penanganan  gangguan Nafas  dan  Pernafasan  Buatan Mekanik , 1997 
Robert, M.K, PHD and James K. Stoller, MD., Current Respiratory Care, 1988,90 - 92