PRINSIP PRINSIP DIMENSI MORAL DALAM KEPERAWATAN OTONOMI
MAKALAH
ETIKA
KEPERAWATAN
PRINSIP
PRINSIP DIMENSI MORAL DALAM KEPERAWATAN OTONOMI
Disusun
oleh :
DORYANTI RAJAGUKGUK
(12.11.021)
TAHUN
AJARAN 2011/2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………….....
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ……………...
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..........
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah…………………………………………………………….
B.
Rumusan
Masalah…………………………………………………….…………….
C. Tujuan……………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Teori………………..……………………………………………………..
B.
Keterkaitan
Otonomi………..………………………………………………………
C.
Tinjauan
Kasus………..…………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan…………………………………………………………………………
B.
Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
\
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah Etika Keperawatan yang membahas tentang “Prinsip-prinsip
Dimensi Moral dalam Keperawatan Otonomi”.
Dan tak lupa pula shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, yang
talah membawa sinar kebenaran yang tak kunjung padam dalam mengarungi hidup
menuju akhirat.
Terimakasih kami ucapkan kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan maaah ini..
Kami juga menyadari
makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
dalam perbaikan makalah kami selanjutnya.
Medan, April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
prinsip-prinsip dimensi moral dalam keperawatan otonomi ini didasarkan
pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi ini adalah
bentuk respek seseorang , atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Hal yang sangat melatar belakangi prinsip ini adalah
saat perawat menghargai hak-hak klien atau pasien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
Hukum
Islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh sewenang wenang pada kaum yang lemah,
Allah ta’ala berfirman dalam Adh Dhuha 9-10, “ Adapun terhadap anak yatim,maka
janganlah kamu berlaku sewenang-wenang dan terhadap peminta-minta, maka
janganlah kamu menghardiknya. (Nawawi,1999).
Demikianlah, orang miskin, yatim piatu dan orang yang dalam kondisi sakit adalah orang yang lemah, sehingga apabila kita tidak menghormati dan sewenang-wenang maka kita telah berbuat dzalim. Maka dari itu kita sebagai perawat harus bisa menghargai hak-hak klien atau pasien dan tidak melakukan kewenangan sendiri tanpa sepengetahuan pasien.
Demikianlah, orang miskin, yatim piatu dan orang yang dalam kondisi sakit adalah orang yang lemah, sehingga apabila kita tidak menghormati dan sewenang-wenang maka kita telah berbuat dzalim. Maka dari itu kita sebagai perawat harus bisa menghargai hak-hak klien atau pasien dan tidak melakukan kewenangan sendiri tanpa sepengetahuan pasien.
B.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
pengertian otonomi dalam prinsip keperawatan !
2. Jelaskan
keterkaitan otonomi keperawatan !
3. Jelaskan
aplikasi atau kasus yang berhubungan dengan otonomi keperawatan !
C.
Tujuan
ü Untuk
mengetahui otonomi dalam keperawatan
ü Untuk
mengetahui keterkaitan otonomi keperawatan
ü Mengetahui
aplikasi mengenai otonomi keperawatan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori
Autonomi berasal dari
bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri, dan nomos yang
berarti aturan Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. ( John
Stone, 1989 )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Autonomy berarti
mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien
adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus
melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien.
Contoh tindakan yang
tidak memperhatikan memperhatikan otonomi adalah:
a.
Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka doberi tahu sebelumnya
b.
Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui
klien dalam
membuat suatu pilihan.
c.
Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan.
d.
Tidak memberikan informasi yang lengakap walaupun klien menghendaki informasi
tersebut.
e.
Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudah tidak
bersedia menjelaskannya.
Aplikasi prinsip moral
otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah seorang perawat apabila
akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini
dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan
yang akan dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan
atau injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat
dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada orang yang lemah. Hukum
islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh sewenang-wenang pada kaum yang lemah,
Allah ta’ala berfirman dalam Adh Dhuha 9-10, “ Adapun terhadap anak yatim,maka
janganlah kamu berlaku sewenang-wenang dan terhadap peminta-minta, maka
janganlah kamu menghardiknya. (Nawawi,1999). Demikianlah, orang miskin, yatim
piatu dan orang yang dalam kondisi sakit adalah orang yang lemah, sehingga
apabila kita tidak menghormati dan sewenang-wenang maka kita telah berbuat
dzalim kepadanya
Otonomi berarti
kemampuan untuk menentukan sendiri dan mengatur diri sendiri. Menghargai
otonomi berarti menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga diri
dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Prinsip otonomi sangat
penting dalam keperawatan. Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia
sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat
harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut.
B.
Keterkaitan
Otonomi
Dalam keterkaitan otonomi ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan otonomi perawat di rumah sakit diantaranya adalah:
1) Faktor kebijakan rumah sakit yang
tidak memiliki kerangka dan batasan kerja untuk perawat.
2) belum adanya
sistem registrasi yang mapan dan
3) persoalan kode etik.
Segala bentuk praktek pelayanan kesehatan yang dilakukan
perawat terkesan tidak terikat oleh kode etik profesi. Kelemahan diunsur
otonomi profesi ini mendudukkan perawat pada posisi yang lemah. Rendahnya
otonomi kerja yang diberikan kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja
non fungsi perawat berdampak pada stress kerja yang dialami perawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat antara
lain adalah: kondisi pasien, jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien serta
waktu yang diperlukan untuk setiap tindakan keperwatan terhadap pasien baik
secara langsung maupun tudak langsung
Otonomi adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap
kesuksesan sebuah profesi, pemberian otonomi yang sesuai standar keperawatan
akan memberikan kepuasan tersendiri pada perawat dan juga dapat menunjukkan
profesionalisme profesi.keperawatan. Rendahnya otonomi kerja yang diberikan
kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja non fungsi perawat berdampak
pada stress kerja yang dialami perawat yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat terhadap kepuasan
kerja. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
perawat pelaksana pada shif pagi. Hasil penelitian yang menggunakan uji
stastitik regresi linier ganda dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
semakin tinggi otonomi maka semakin tinggi kepuasan kerja perawat dan semakin
tinggi beban kerja maka semakin rendah kepuasan kerja yang dimiliki perawat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara otonomi dan beban kerja
perawat dengan kepuasan kerja di Ruang XX. sehingga diperlukan suatu kebijakan
tentang pengelolaan beban kerja yang adekuat oleh manajemen rumah sakit.
C.
Tinjauan
Kasus
Disebuah rumah
sakit, terjadi sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh perawat. Dimana perawat
tersebut melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang diterapkan.
Sehingga perawat tersebut harus menaggung akibat dari perbuatan yang
dilakukannya.
Begilah
ceritanya” : pada pagi hari tepatnya hari rabu di sebuah rumah sakit, seorang
perawat masuk ke ruangan 07. Tepatnya diruangan pasien yang bernama Risman
Pakaya (Iman), untuk melakukan tindakan keperawatan kepadanya. Akan tetapi
sangat disayangkan tindakan yang dilakukan sangat-sangat melanggar aturan.
Dimana perawat memberikan obat tanpa konfirmasi dokter yang berhak menentukan
resep obat yang akan diberikan.
Akhirnya dengan
tindakan yang dilakukannya, orang tua pasien menjadi bingung dan terheran-heran
terhadap tindakan yang dilakukan perawat tersebut. Kemudian orang tua pasien
memberitahukan hal ini kepada kepala ruangan di rumah sakit tersebut. Dan
akhirnya kepala ruangan memanggil perawat tersebut, dan pada akhirnya pasien
langsung ditangani oleh dokter. Akhirnya perawat pun mendapatkan sangsi atas
tindakan yang dilakukannya tanpa memikirkan akibat yang akan diterimanya.
Percakapan (dialog)
Perawat Adi :
Assalamualaikum…siang Bu, Pak. Perkenalkan saya Andris Abdurahman, disini saya
ditugaskan untuk melakukan tindakan keperawatan kepada anak bapak.
Ibu Aria : Waalaikumsalam…Silahkan pak
mantri!!!
Perawat Adi :
Permisi dik, saya akan memberikan obat kepada adik. Supaya adik lekas sembuh
Andri
median : iya pak mantri.
Bapak
Pajar : Mama, perasaan kita
belum diberi resep dari dokter!! trus kenapa pak mantri sudah memberikan obat
pada anak kita barusan.
Ibu Aria : Iya papa, mama juga tadi
bingung.
Bapak
Pajar : Bagaimana kalau kita
langsung tanyakan kepada kepala ruangan , ma??
Ibu Aria : Iya papa..kita pergi ke
ruangannya sekarang.
Bapak
Pajar : Assalamualaikum…permisi
pak.
Ka.Ru
Tegar : Waalaikumsalam…ada yang
bisa saya bantu pak???
Bapak
Pajar : Begini pak. “tadi ada
perawat yang melakukan tindakan kepada anak saya di ruangan 07. Tapi saya dan
istri saya bingung. Karena perawat itu langsung memberikan obat kepada anak
saya. Sedangkan kita berdua belum dapat resep dari dokter.
Ka.Ru
Tegar : Oh baiklah pak/bu, nanti
saya akan memanggil perawat tersebut. Kalau boleh saya tau, siapa nama
perawatnya?
Ibu Aria : Namanya Adi Havis Saputra, pak.
Ka.Ru
Tegar : Baiklah…nanti saya akan
hubungi kembali bapak dan ibu.
Bapak
Pajar : Terima kasih banyak
pak.
Ka.Ru
Tegar : Sama-sama.
Perawat
Adi : Assalamualaikum pak.( saat
memasuki ruangan untuk peringatan )
Ka.Ru
Tegar : waalaikumsalam…silahkan
duduk!! Saya sangat menyesalkan perbuatan anda kemarin. Tindakan anda telah
sampai keatasan. Ini surat peringatan dari atasan untuk anda, harusnya ini jadi
pelajaran berharga untuk anda. Saya harap anda tak akan lagi mengulangi
perbuatan anda.
Perawat
Adi : Saya janji tak akan
mengulanginya lagi.
Ka.Ru
Tegar : Sebaiknya begitu, karena
setelah ini tidak ada surat peringatan lagi untuk anda. Baiklah, anda boleh
tinggalkan ruangan ini.
Perawat
Adi : Terima kasih pak.
Ka.Ru
Tegar : Baiklah,
pak/bu..perawatan terhadap anak ibu sekarang ini saya serahkan langsung kepada
dokter Viona Veronica.
Bapak
Pajar : Iya pak..terima kasih
banyak.
Dr.
Viona : Baiklah, pak..dalam
beberapa waktu ini, Insya Allah saya akan melakukan tindakan sekaligus
pemeriksaan yang intensif kepada anak bapak.
Ibu Aria : Iya dok. Terima kasih banyak
atas bantuannya.
Dr.
Viona : Sama-sama bu..itu
memang sudah kewajiban saya sebagai tenaga kesehatan yang bertugas membantu
setiap yang membutuhkan. Kalau begitu saya permisi dulu bu..nanti saya kesini
lagi untuk melakukan pemeriksaan kepada anak ibu.
Ibu Aria : Iya dok.
Dr.
Viona : Baiklah bu, saya
permisi.. selamat siang
Nama-nama Pemeran
Adi
Havis : Perawat
Tegar
Rezi Aprian : Kepala Ruang
Aria
Wulandari : Ibu pasien
Pajar
Basuki : Bapak pasien
Viona
Veronica : Dokter
Andri
Median : Pasien
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Autonomy
berarti mengatur dirinya sendiri sebagai prinsip dasar perawat dalam memberikan
tindakan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah seorang
yang mampu menentukan sesuatu ataupun keputusan
bagi dirinya. Perawat juga harus melibatkan pasien dalam membuat
keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Karena dalam
dunia keperawatan , perawat harus mengetahui hak-hak pasien, serta adanya
aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam dunia keperawatan.
Prinsip otonomi didasarkan pada
keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh
orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini kami dari penulis menyadari masih banyak terdapat
kesalahan ,maka dari itu kami mohon kritik dan sarannya agar makalah kami bisa
lebih sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar