Jumat, 08 Mei 2015

ILMU PATOLOGI (DASAR)



PENGERTIAN PATOLOGI
-Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat molekuler sampai pengaruhnya pada setiap individu.
-Patologi bertujuan utama untuk mengidentifikasi sebab suatu penyakit, untuk program pencegahan suatu penyakit.
-Dalam arti yg lebih luas, patologi secara harfiah adalah biologi abnormal, studi mengenai proses-proses biologic yang tidak sesuai, atau studi mengenai individu yang sakit atau yang terganggu. 

SEJARAH PATOLOGI
Perkembangan ilmu kedokteran dibagi menjdi 4 jaman :
1.jaman empiris-sampai tahun 1850
jaman tentang pengetahuan kesehatan yang hanya didasarkan  pada pengalaman
hypocrates berusaha memisahkan ilmu kedokteran dari ilmu yang berdasarkan mistik (tahayul). Yang kemudian mencetuskan sebuah teori tentang penyakit yaitu:
a.teori patologi :teori yang menyatakan penyakit disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan antara cairan-cairan dalam tubuh
b.teori patologi solinder : teori ini mengatakan bahwa bagian yang sakit adalah bagian yang padat.
c.Teori neuro patologi : teori ini mengatakan bahwa letaknya berdasarkan perubahan –perubahan yang diakibatkan oleh gangguan syaraf.
Namun ketiga  teori tersebut belum membuktikan keadaan yang sesungghnya.
2jaman pengetahuan dasar ilmu pengetahuan kedokteran  tahun 1850-1900
pada masa ini di dapatkan ilmu sebagai dasar pekembangan ilmu kedokteran. Ditandai dengan penemuan mikroskop oleh Antonie Van Lewenhoek
3.jaman pengetahuan klinis tahun 1900-1950
pada waktu ini dikenal dengan ilmu kedokteran yang begerak dibidang pencegahan. 
4.jaman pengetahuan kesehatan masyarakat tahun 1950-sekarang.
Pengetahuan membuat diagnosis dan pengobatan masyarakat secara keseluruhan. Dasar pengetahuan melalui antropologi sosisl, demografi epidemiologi dan sebagainya.

Sejarah lain penemu kemajuan bidang kedokteran yang membawa perkembangan pada Patologi:
1.Antonie Van Leuwenhoek (penemu Mikroskop)
2.Redi (penemu macam-macam cacing yang dapat menyerang usus manusia.
3.Louis Pasteur,selain itu juga penemu penyakit anjing gila dan Vaksinnya, cara pembuatan bir yang baik,cara peragian, menemukan ulat sutera, menemukan cara melemahkan Virus,membuktikan bahwa udara mengandung Mikroba,dll.
4.Lord Lister  (Ahli bedah asal Inggris yang membuktikan bahwa luka infeksi mengandung hama penyakit.
5.Robert Koch(Penemu penyakit TBC).
6.Loeffler (Penemu Basil difteria)
7.Prof.Eyckman (penemu penyakit Biri-biri
8.Ross (penemu penyakit malaria)
9.Widal (penemu Basil disentri)
10.Edward Jenner (penemu cara Vaksin cacar)

PEMBAGIAN PATOLOGI
Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Perbedaannya:
-patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ,  sedangkan
-patologi klinik mengkaji tentang perubahan fungsi tubuh yang dapat dideteksi melalui hasil laboratorium dan melalui cairan tubuh.

Patologi anatomi memiliki cabang ilmu, yaitu :
       
1.Histopatologi: menemukan dan mendiagnosa penyakit dari hasil pemeriksaan jaringan
2.Sitopatologi: menemukan dan mendiagnosis penyakit dari hasil pemeriksaan sel tubuh yang dapat diambil
3.Hematologi: mempelajari kelainan seluler dan berbagi komponen pembekuan darah
4.Mikrobiologi:mempelajari penyakit infeksi dan organisme yang bertanggung jawab terhadap penyakit tersebut
5.Imunologi: mempelajari mekanisme pertahanan yang spesifik dari tubuh manusia
6.Patologi kimiawi: mempelajari dan mendiagnosis suatu penyakit dari hasil pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan dan cairan
7.Genetik: mempelajari kelainan-kelainan kromosom dan gen
8.Toksikologi:mempelajari pengaruh racun yang diketahui atau yang dicurigai
9.Patologi Forensic: aplikasi patologi untuk tujuan yang legal
10.Patologi bedah  :adalah praktek patologi yg berkaitan dengan pembedahan
11.Patologi otopsi: digunakan untuk menentukan berbagai factor yang menyebabkan kematian seseorang

PENYEBEB PENYAKIT
Penyakit adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan tubuh yang abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat yang ditandai secara spesifik oleh gambaran yang jelas.

KARAKTERISTIK PENYAKIT
• Etiologi (sebab
yang berhubungan dengan host dan agent)
• Patogenesis (mekanisme
yang menghasilkan suatu tanda dan gejala klinis maupun patologis)
• Perubahan patologis dan klinis (mekanisme)
• Komplikasi atau cacat (efek
daripada patognesis)
• Prognosis (
perkiraan terhadap apa yang diketahui terhadap suatu perjalanan penyakit)



ASKEP PADA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “ DERMATITIS “


ASKEP PADA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN
“ DERMATITIS “
 






D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK : 1
1.     ADE WIRANTI               NPM : 12.11.001
2.     AHMAD FAQIH             NPM : 12.11.005
3.     ARMAYA PUSPA           NPM : 12.11.010
4.     DORYANTI RGG           NPM : 12.11.021
5.     KROMIKA P                  NPM : 12.11.043
           

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes MEDISTRA LUBUK PAKAM

2014/2015
KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Integumen “Dermatitis”” ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas dari Bapak Tahan selaku dosen mata kuliah Ilmu Keperawatan Medikal Bedah.
 Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan ilmu pengetahuan.
            Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


                                                                                                Lubuk Pakam, Maret 2015



                                                                                                            Penulis










DAFTAR ISI


      KATA PENGANTAR................................................................................................ i


      DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

      BAB I    PENDAHULUAN
      1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1      
      1.2. Tujuan  Penulisan............................................................................................... 2

      BAB II   TINJAUAN PUSTAKA
      2.1. Pengertian........................................................................................................... 3
      2.2. Etiologi............................................................................................................... 3
      2.3. Patofisiologi....................................................................................................... 6
      2.4 . Penatalaksanaan................................................................................................. 8
      2.5. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................... 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian Keperawatan. .................................................................................. 10
3.2.Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 12
3.3.Intervensi Keperawatan....................................................................................... 12

      BAB IV PENUTUP
      4.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 15
      4.2. Saran................................................................................................................... 15    


      DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis.  Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Dermatitis”.


1.2   Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu untuk Memahami Konsep Penyakit Dermatitis Dan Mampu Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis

1.2.2. Tujuan Khusus
a.       Mampu Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Dermatitis
b.      Mampu Untuk Membedakan Jenis-Jenis Penyakit Dermatitis
c.       Mampu Untuk Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis


BAB II
KONSEP MEDIS

2.1   Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005)
Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia.
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.


2.2   Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala berbeda:   
1.     Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang disertai dengan adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
Klasifikasi dermatitis kontak berdasarkan penyebabnya ada 2 jenis yaitu
1.     Dermatitis kontak toksik
2.     Dermatitis kontak alergik

2.     Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat atopi. Atopi adalah penyakit aneh ataupun hipersensivitas abnormal untuk melawan factor-faktor lingkungan, dijumpai pada penderita maupun keluarganya tanpa sensitasi yang jelas sebelumnya. ( Coca and Cooke, 1923)
Dermatitis atopic ditandai dengan reaksi berlebihan terhadap rangsangan dari lingkungan sekitarnya seperti bahan iritan dan alergen, dan adanya kecenderungan untuk memproduksi IgE. Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
3.     Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis dan muka, kronik dan superficial. Etiologinya belum diketahui secara pasti. Pada umumnya didapati aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan.
Menurut daerah lesi, dermatitis seboroik dibagi menjadi 3 yaitu:
a.      Seboroik Kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuningan sehingga rambut saling lengket, kadang dijumpai krusta yang disebut Pityriasis Oleosa. Seboroik ini akan menyebabkan rambut rontok dan rasa gatal.
b.     Seboroik Muka
Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu, dll. Terdapat macula eritema yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuningan.
c.      Seboroik Badan dan Sela-sela
Dijumpai ruam  berbentuk macula eritema yang pada permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuningan.
4.     Dermatitis Statis
Dermatitis Statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan darah vena di tungkai bawah, hal ini terjadi karena adanya gangguan katub vena sehinggatekanan kapiler meingkat dan terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul statis yang irreversible. Jaringan akhirnya dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan muncul bintik-bintik hitam. Terjadi anoksia jaringan dan kematian jaringan. Timbul rasa gatal. Jika digaruk timbul skuama, hiperpigmentasi, dan erosi. Bila tidak ditangani akan terjadi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus yang disebut ulkus varikosus.
5.     Dermatitis numuler
Dermatitis numuler adalah dermatitis yang bentuk lesinya bulat seperti uang logam. Etiologinya belum diketahui secara pasti. Tetapi sensitivitas berperan terhadap perluasan lesi.
6.     Neurodermatitis Sirkumskripta
Atau disebut juga liken simpleks kronik merupakan suatu jenis dermatitis  dengan penebalan kulit dari jaringan tanduk (likenifikasi) karena garukan atau gosokan yang berulang. Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi ada yang menghubungkan dengan ketegangan jiwa.
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.


2.3  Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
2. Dermatitis Atopic
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T.  Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik
3.  Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seboroik
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.


2.4  Penatalaksanaan
2.4.1. Penatalaksanaan non Medis
Pemberian kompres yang sejuk dan kasar juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis yang kecil. Remukan halus es pada air kompres sering kali memberikan efek antipruritus.
a.            Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang mengeluarkan sekret.
b.           Kompres dingin untuk mengurangi peradangan.
c.            Mengatasi kerusakan integritas kulit.
d.           Mengatasi hipotermia
e.            Meningkatkan konsep diri klien
f.            Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
          
2.4.2.Penatalaksanaan Medis
 Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis. Umumnya lotion yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak-bercak eritema (inflamasi trout) yang kecil.
a.    preparat krim atau salep yang mengandung salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis.
b.   mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan untuk dermatitis dengan daerah-daerah lesi yang lebih luas.
c.    pada dermatitis yang menyebar luas, pemberian kortikosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.
d.   terapi anti inflamasi topikal jangka pendek misalkan steroid dapat digunakan untuk menghentikan peradangan.

2.5  Pemeriksaan Penunjang
1.      Laboratorium
 Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
2.      Penunjang
Pemeriksaan histopatologi



BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1      Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien.
a.       Nama Pasien
b.      Alamat
c.       Pekerjaan Pasien
d.      Umur
e.       Agama/Suku
2. Keluhan Utama.
a.        Nyeri
b.      Gelisah
c.       Gatal
d.      Kerusakan intergitas kulit
3. Pemeriksaan Fisik.
a.        Tekanan Darah
b.       Nadi
c.        Pernafasan
d.       Suhu
e.        Skala Nyeri
4.      Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
a)       Klien merasa nyeri
b)       Terdapat Vesikel/ bula  pada Kulit Klien
c)       Gatal dan Lesi
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
Penyakit yang sama
a)       Klien Pernah Mengalami Penyakit yang sama sebelumnya
b)       Apakah klien pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
a)       Apakah terdapat keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama
b)       Apakah ada keluarga klien mengalami penyakit Kulit
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
a)       Cara klien menyelesaikan stresor
b)       Perasaan klien saat ini
c)       Respon klien terhdap penyakitnya
d)       Tingkat kecemasaan klien
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
a)       Pemakaian obat sebelumnya
b)       Klien pernah alergi terhadap obat.

3.2  Diagnosa Keperawatan
1.     Ganguan integritas kulit b.d Vesikel/bula yang pecah
2.     Resiko infeksi,b.d vesikel/bula yang pecah (garukan terus menerus)
3.     Gangguan konsep diri,b.d perubahan body image


3.3 Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil

Rencana Tindakan
1
Gangguan integritas kulit, b.d Vesikel/bula yang pecah.) :
DS : -
DO : Pada seluruh tubuh terdapat kondisi bula/vesikel yang pecah akibat garukan
Tujuan :
Integritas kulit pasien kembali utuh
Kriteria hasil :
a.      Kulit utuh, eritema dan skuama hilang
b.     Krusta menghilang
c.      Daerah axilla dari inguinal tidak mengalami maserasi
a.      Lakukan inspeksi lesi setiap hari
b.     Pantau adanya tanda-tanda infeksi
c.      Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam
d.     Bantu mobilitas pasien sesuai kebutuhan
e.      Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi
f.      Jaga agar alat tenun selau dalam keadaan bersih dan kering
2
Resiko infeksi,b.d vesikel/bula yang pecah (garukan terus menerus) ditandai dengan :
DS : -               
DO : Seluruh tubuh berwarna kemerahan dengan skuama berwarna putih diatasnya dan mengelupas
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Hasil pengukuran tanda vital
dalam batas normal.
- RR :16-20 x/menit
- N : 70-82 x/menit
- T : 37,5 C
- TD : 120/85 mmHg
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)
Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal Leuksosit darah : 5000-10.000/mm3
a.      Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien
b.     Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
c.      Observasi adanya tanda-tanda infeksi
d.     Batasi jumlah pengunjung
e.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP
f.      Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien
3
Gangguan konsep diri,b.d perubahan body image
Ditandai dengan :
DS : Pasien menyatakan “mengapa saya kelihatan aneh seperti ini?”
DO : Pasien sering menutupi tubuhnya dengan selimut dan menyendiri
Tujuan :
Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri body image
Kriteria hasil :
a.      Pasien tidak menarik diri dari kontak social
b.     Pasien mau berpartisipasi dalam perawatan dirinya
c.      Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan tanda berduka
a.      Berikan support pada pasien untuk menerima keadaannya
b.     Kaji persepsi pasien tentang gambaran dirinya
c.      Jaga komunikasi yang baik dengan pasien dan bantu pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain
d.     Catat adanya tingkah laku non-verbal atau tingkah laku negative
e.      Libatkan keluarga untuk meningkatkan konsep diri pasien


3.4. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi, maka dilakukan evaluasi terhadap keluhan pasien.



BAB IV
PENUTUP
4. 1    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada kulit.
Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar klien dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan cara memberikan beberapa tindakan dan perawatan secara profesional.

4.2. Saran
a. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit dermatitis
b. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit dermatitis secara profesional.
c. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentangkebersihan diri dan pola diet yang baik.




DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1993
Leung DYM, Tharp M, Boguniewi CZ. Atopic Dermatitis. Dalam: Friedbergin, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrik TB, ads. Fitzpatrik’s Dermatology In General Medicine. New York Mc Graw-Hill, 1999: 1464-80
 http://www.semarang-eye centre.com/v1.1/index.php?option=com_content&view=article&id=72:artikel-terbaru-penyakit-kulit-dermatitis&catid=5:kesehatan&Itemid=22  
Doenges,Marlyn.E dkk.2001.Rencana asuhan keperawatan.Edisi:3.Jakarta:penerbit buku kedokteran,EGC 
kapita selekta kedokteran II.2001.Edisi 3.Jakarta:Media Aesculapius
Google.co.id.Kata kunci “Askep Dermatitis”
Patofisiologi II.2001.Edisi 3.Jakarta Penerbit buku kedokteran,EGC